Thor Mitologi Apa
Odin dalam mitologi Nordik sangat berbeda dengan versi Marvel
Versi Odin yang kita lihat dalam film digambarkan sebagai pemimpin yang bijaksana. Bagaimanapun, Odin adalah dewa pertempuran dan kematian.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Namun, dalam mitologi Nordik, Odin sendiri memiliki kecenderungan yang cukup kejam seperti saat dia menikam penyihir Gulveig sebanyak tiga kali dengan tombak sihirnya; membakar tubuh penyihir itu; kemudian memberikan hatinya kepada Loki. Namun, kisah itu tidak berhasil masuk ke MCU.
Komiknya justru menggambarkan Odin sebagai sosok yang sangat pemarah dan memiliki beberapa aksi kekerasan epos di masa lalunya.
Salah satu kisah awal, yang menciptakan salah satu musuh paling mematikan Thor, melibatkan masa lalu ketika Odin memusnahkan seluruh planet karena kejahatannya dan menyebabkan kebencian satu miliar jiwa untuk bergabung menjadi monster yang disebut Mangog.
Dewa-Dewi Mitologi Nordik
Foto: Film Thor (instagram.com/marvelindonesia)
Mitologi Nordik kaya akan cerita tentang dewa-dewi yang memiliki kekuatan dan kepribadian yang unik.
Berikut adalah beberapa dewa-dewi utama dalam mitologi Nordik:
Dipercaya sebagai makhluk pertama atau dewa pertama yang lahir dari es yang dijilat oleh Audhumbla. Ia adalah ayah dari Borr.
Merupakan ayah dari Odin, Ve, dan Vili, yang diperolehnya dari istri seorang raksasa bernama Bestla.
Raja para dewa, pemimpin Asgard, dan dewa kebijaksanaan, pengetahuan, dan peperangan.
Nationalgeographic.co.id—Jord adalah ibu dari dewa Thor dalam mitologi Nordik. Dia paling sering digambarkan sebagai jotunn atau jotnar yang artinya raksasa wanita. Istilah ini, tidak menunjukkan ukuran atau watak dalam mitologi Nordik.
Jotunn atau jotnar adalah ras yang memiliki kekuatan setara dengan dewa dalam mitologi Nordik. Banyak wanita jotnar menikahi dewa Aesir atau melahirkan anak mereka. Hubungan ini umum dan normal, memperjelas bahwa hanya ada sedikit perbedaan antara wanita dari kedua ras.
Sementara banyak dewa dan anggota keluarga mereka jarang disebutkan dalam sumber-sumber Nordik yang masih hidup, ibu Thor terbukti dengan baik.
Namanya Jord dan dia umumnya diidentifikasi sebagai raksasa wanita. Meskipun tidak ada detail yang bertahan dari hubungan mereka, pada suatu saat dia dipasangkan dengan Odin dan mereka melahirkan seorang putra yang paling terkenal.
Terlepas dari hubungan yang menonjol ini, Jord tidak pernah muncul sebagai karakter dengan haknya sendiri. Namun, beberapa sejarawan masih melihat alasan untuk percaya bahwa Jord pernah menjadi tokoh terkemuka dalam mitologi sebelumnya.
Sementara kisah pribadinya telah hilang, arti namanya dan identitas putranya membuat beberapa orang berteori bahwa Jord mungkin pernah menjadi ibu dewi utama agama Jermanik.
Didukung oleh fakta bahwa Jord juga muncul di beberapa daftar dewi. Meskipun dia adalah seorang raksasa wanita, tidak ada yang aneh dalam perannya.
Tidak ada mitos bertahan hidup yang menceritakan bagaimana Jord dan Odin menjadi orang tua Thor. Tidak seperti orang Yunani dan Romawi, orang Nordik tidak banyak menulis tentang hubungan pribadi dan drama dewa mereka.
Meskipun Odin menikah dengan Frigg dalam mitologi Nordik, pada suatu saat dia memiliki setidaknya satu anak dengan Jord. Anak tersebut adalah Thor, dewa guntur yang kuat dan populer dalam mitologi Nordik.
Nama Jord adalah salah satu yang paling terbukti dalam mitologi Nordik. Thor sering disebut "anak Jord" dan dia terdaftar bersama ibu-ibu lain dari anak laki-laki Odin sebagai salah satu saingan Frigg.
Dia juga memiliki perbedaan karena memiliki garis keturunan keluarga yang jelas yang diberikan setidaknya dalam satu sumber. Banyak karakter dalam mitologi Norse, bahkan dewa yang lebih menonjol, tidak memiliki catatan seperti itu.
Menurut Prosa Edda, seorang raksasa wanita yang namanya berarti "Malam" adalah ibu Jord. Ayahnya adalah suami kedua raksasa wanita ini dan kakeknya, ayah Night, adalah Narfi.
Dalam beberapa kasus, sumber menyebut wanita lain sebagai ibu Thor. Terlepas dari banyak penggunaan namanya dan keunggulan putranya, bagaimanapun, hanya sedikit yang dikatakan tentang Jord dalam legenda yang masih hidup.
Salah satu alasan Jord begitu teruji dalam sumber primer adalah karena arti namanya. Sebagai kata benda, jord berarti "bumi" atau "tanah".
Oleh karena itu, seringkali sulit bagi sejarawan untuk membedakan referensi mana yang secara khusus berbicara tentang dewi. Beberapa bagian bisa lebih umum berbicara tentang tanah itu sendiri.
Arti nama Jord tidak hanya menyebabkan kebingungan dalam terjemahan. Hal ini mungkin juga menunjukkan tradisi yang lebih tua dalam mitologi Nordik.
Istri Odin secara tradisional diberikan sebagai Frigg, seorang dewi yang domainnya termasuk keluarga dan persalinan. Frigg adalah ibu dari dua putranya, Baldur dan Hodr.
Meskipun Baldur sangat dicintai, dia tidak pernah sekuat atau sepopuler Thor. Bukti tekstual dan arkeologis menunjukkan bahwa Thor adalah salah satu dewa yang paling dihormati dan disembah secara luas di jajaran dewa.
Beberapa sarjana percaya bahwa kepentingan ini mungkin, setidaknya sebagian, karena Thor pernah dianggap sebagai pewaris sah Odin.
Mereka juga percaya bahwa Jord adalah istri Odin dalam legenda versi sebelumnya. Seiring perkembangan dan evolusi mitologi, dewi bumi digantikan oleh sosok ibu yang lebih domestik dan berbudaya.
Beberapa bukti untuk ini tampaknya bertahan dalam teks-teks terkenal. Salah satu segmen Prosa Edda, misalnya, menyatakan bahwa "Bumi adalah putri Odin dan istrinya," dan menyebut Thor sebagai putra pertama dewa.
Karena tidak ada catatan lain dari tradisi ini, beberapa orang berpikir bahwa itu mencerminkan kisah yang lebih tua, jika tidak hilang, di mana Odin menikahi seorang dewi bumi yang juga seorang putri atau kerabat dekat lainnya dan memiliki Thor sebagai ahli warisnya.
Para sarjana percaya bahwa mitologi komparatif juga mendukung penafsiran ini. Seorang antropolog terkemuka melihat kesamaan antara Thor dan karakter lain dari mitologi Indo-Eropa. Dewa-dewa ini, katanya, seringkali merupakan keturunan dari dewa utama dan dewi bumi.
Tulisan-tulisan Nordik juga tampaknya mendukung teori ini. Meskipun Jord adalah seorang jotunn, cara dia terdaftar di antara dewi lainnya sesuai dengan wanita jotnar seperti Gerdr dan Skadi yang menikah dengan jajaran dewa.
Mengubah keyakinan juga bisa memberikan penjelasan sementara Jord begitu banyak direferensikan tetapi tidak memiliki mitosnya sendiri. Saat Frigg menggantikannya sebagai istri Odin, cerita individu Jord mungkin telah dipindahkan ke dewi yang lebih menonjol.
Maka, ada kemungkinan bahwa dalam kepercayaan Zaman pra-Viking, Odin menikah dengan dewi bumi, bukan Frigg. Sementara dia diganti di cerita selanjutnya, namanya dan keunggulan putra sulungnya tetap dalam kepercayaan Nordik.
Tragedi Dosa Kesombongan Antigone dan Polynices dalam Mitologi Yunani
Selama hampir 60 tahun, versi Thor yang telah kita saksikan di Marvel Comics. Film-film yang didasarkan padanya sudah menjadi citra dewa petir dalam budaya pop. Masalahnya, Thor sebagai sosok legendaris sudah ada sekitar seribu tahun yang lalu sebelum Stan Lee, Jack Kirby, dan Larry Lieber mengangkatnya ke dunia superhero mereka. Namun, tidak semua kisahnya berhasil masuk ciptaan mereka.
Marvel Comics memang menggabungkan mitologi Nordik (Norse) ke dalam karya mereka. Lagi pula, menciptakan superhero versi modern itu memang membutuhkan improvisasi dan proses yang sangat berbeda dari evolusi figur melalui legenda dan kepercayaan yang sudah ada. Berikut hal-hal yang Marvel ubah tentang mitologi Nordik Thor.
Perbedaan yang paling jelas antara Thor Marvel dan sosok aslinya—jika dilihat dari sudut pandang visual—yaitu warna rambutnya. Odinson versi Marvel terkenal dengan rambut pirangnya sampai-sampai dijuluki Goldilocks. Versi aslinya digambarkan memiliki rambut merah dengan jenggot yang sesuai.
Dalam Viking: A History of the Northmen, W.B. Bartlett menyebutkan kalau Thor itu berambut merah, berjanggut merah, dan bermata merah. Sekitar 1905, pelukis Jerman, bernama Max Koch dalam lukisannya berjudul Donar-Thor juga menggambarkan Thor berambut merah.
Tidak ada yang tahu mengapa Marvel berimprovisasi dengan sosok Thor. Namun, banyak yang berasumsi bahwa itu ada hubungannya dengan desain kostum dan proses pembuatan film saat itu.
Rambut merah dianggap tidak cocok dengan jubah yang dipakai Thor. Ditambah lagi, hal itu dapat membingungkan visual dan membuatnya jauh lebih mencolok daripada rambut kuning atau pirang.
Bagaimana sosok Hela?
Versi Marvel dari Dewi Kematian Nordik memiliki perbedaan yang cukup jelas dari mitologinya. Marvel menamai versi mereka sebagai Hela—menambahkan a di akhir—mungkin agar lebih mudah untuk membedakan Hel (dewi) dari Hel (dunia orang mati).
Namun, ada perbedaan yang lebih besar. Dia bukan putri Odin. Menurut Eddas, dia Loki dengan raksasa Angrboda. Dia juga digambarkan dengan penampilan yang jauh lebih mengerikan daripada yang kita lihat di Thor: Ragnarok.
Sebagai Dewi Kematian, dia digambarkan dalam Prosa Edda dengan sosok setengah biru hitam dan setengah warna daging (dia mudah dikenali). Hal itu juga diartikan sebagai separuh dari tubuhnya yang masih hidup dan setengahnya mayat yang membusuk atau tengkorak.
Satu hal yang membedakan mitologi Nordik dari sistem kepercayaan kuno lainnya ialah berakhirnya kisah itu dengan Ragnarok, senja para dewa. Musuh-musuh Asgard berkumpul dan para dewa gugur dalam pertempuran heroik mereka.
Dalam mitologi Marvel, Ragnarok adalah sebuah siklus dan kita sebenarnya berada pada inkarnasi Thor yang kelima atau keenam dan sahabat-sahabat lainnya.
Ada satu elemen dari Ragnarok yang sepenuhnya ditentang dalam komik. Legenda menubuatkan bahwa Thor akan mati dalam pertempuran melawan Jormungandr, ular Midgard, yang digambarkan sangat besar dan menakutkan.
Versi Marvel sedikit berbeda. Dalam komik Thor # 380 oleh Walt Simonson, Thor melawan Jormungandr dan berhasil menang. Tidak hanya itu, Thor menghantam ular Midgard dengan sangat kuat sehingga mematahkan tulang-tulang di tubuh ular itu sendiri.
Fakta tentang palu Thor
Dalam komik dan Marvel Cinematic Universe, beberapa elemen cerita yang paling berpengaruh ialah pesona mistis pada palu Thor, Mjolnir. Palu hanya bisa diangkat oleh kekuatan Thor. Namun, Thor versi Marvel bukan saja dewa petir, melainkan juga simbol dewa yang memiliki kekuatan besar.
Sementara, dalam mitologinya, Thor tidak memiliki pesona seperti itu. Thor Nordik hanya bisa mengangkat Mjolnir karena ia memiliki dua peralatan khusus, yakni Jarngreipr dan Megingjord—sarung tangan besi dan sabuk kekuatan. Sebenarnya, itu ada dalam komik, tetapi Megingjord dijadikan sebagai kekuatan tambahan Thor.
Baca Juga: Apakah Thor Lebih Kuat dari Superman? Berikut 5 Penjelasannya
Sejak film pertamanya yang rilis pada 2011, Thor selalu lekat sebagai simbol dewa petir dalam dunia pop culture. Karakter Thor sendiri terinspirasi dari dewa petir dalam mitologi Nordik dengan nama yang sama. Meski udah muncul sejak lama di dunia komik Marvel, enggak bisa dimungkiri kombinasi “sihir” Marvel Studios dan karisma Chris Hemsworth bikin Thor yang diperaninnya menjadi begitu ikonis.
Sebenarnya ada banyak dewa petir selain Thor yang berasal dari berbagai mitologi lain yang cukup populer. Saking populernya, ada beberapa dewa petir yang menjadi inspirasi karakter-karakter dalam dunia pop culture, mulai dari komik, film, dan video game.
Kali ini ayo kenalan dengan beberapa dewa petir dari berbagai mitologi yang populer di kalangan pencinta pop culture karena kemunculannya di komik, film, atau pun video game.
Marvel mengubah banyak kisah mengenai Sif
Penggambaran Marvel tentang Sif juga memiliki perbedaan dengan warna rambut dari kisah mitologinya. Dalam komik, Sif digambarkan memiliki rambut hitam, tetapi dalam mitologi, rambutnya berwarna emas.
Tidak ada alasan resmi mengapa Marvel mengubahnya, tetapi banyak yang berasumsi bahwa perubahan itu dilakukan agar Sif lebih kontras secara visual dengan Thor dalam komik.
Dalam komik, Sif adalah pejuang yang kejam—gadis perisai Asgard—yang kekuatannya tidak diragukan lagi. Namun, versi mitologi Sif, baik Prosa Edda atau Poetic Edda, Sif hanyalah Dewi Bumi yang tidak melakukan pertempuran.
Bahkan, banyak cendekiawan berpendapat bahwa pernikahan Sif dan Thor adalah simbol ritual hujan untuk bercocok tanam. Namun, kisah pernikahan itu tidak ada dalam komik Marvel. Thor dan Sif versi Marvel memiliki hubungan sebatas tim. Hubungan itu juga merupakan penyimpangan dari mitos-mitos lama.
Hammer pendants, hammer coins, and Eyrarland Statue
Around 1000 pendants in distinctive shapes representing the hammer of Thor have been unearthed in what are today the Nordic countries, England, northern Germany, the Baltic countries, and Russia. Most have very simple designs in iron or silver. Around 100 have more advanced designs with ornaments. The pendants have been found in a variety of contexts (including at urban sites, and in hoards) and occur in a variety of shapes. Similarly, coins featuring depictions of the hammer have also been discovered.
The Eyrarland Statue, a copper alloy figure found near Akureyri, Iceland dating from around the 11th century, may depict Thor seated and gripping his hammer.[64]
Drawing of a silver-gilted Thor's hammer found in
Drawing of a 4.6 cm gold-plated silver
Drawing of a silver Thor's hammer amulet found in
Drawing of Thor's hammer amulet from
A bronze statue of a seated figure from about AD 1000 that was recovered at the Eyrarland farm in the area of
The swastika symbol has been identified as representing the hammer or lightning of Thor.[65] Scholar Hilda Ellis Davidson (1965) comments on the usage of the swastika as a symbol of Thor:
The protective sign of the hammer was worn by women, as we know from the fact that it has been found in women's graves. It seems to have been used by the warrior also, in the form of the swastika. ... Primarily it appears to have had connections with light and fire, and to have been linked with the sun-wheel. It may have been on account of Thor's association with lightning that this sign was used as an alternative to the hammer, for it is found on memorial stones in Scandinavia besides inscriptions to Thor. When we find it on the pommel of a warrior's sword and on his sword-belt, the assumption is that the warrior was placing himself under the Thunder God's protection.[66]
Swastikas appear on various Germanic objects stretching from the Migration Period to the Viking Age, such as the 3rd century Værløse Fibula (DR EM85;123) from Zealand, Denmark; the Gothic spearhead from Brest-Litovsk, Belarus; numerous Migration Period bracteates; cremation urns from early Anglo-Saxon England; the 8th century Sæbø sword from Sogn, Norway; and the 9th century Snoldelev Stone (DR 248) from Ramsø, Denmark.
A city limit sign marking
("Thor's Acre"), Denmark
Sign for the village of
Numerous place names in Scandinavia contain the Old Norse name Þórr. The identification of these place names as pointing to religious significance is complicated by the aforementioned common usage of Þórr as a personal name element. Cultic significance may only be assured in place names containing the elements -vé (signifying the location of a vé, a type of pagan Germanic shrine), –hóf (a structure used for religious purposes, see heathen hofs), and –lundr (a holy grove). The place name Þórslundr is recorded with particular frequency in Denmark (and has direct cognates in Norse settlements in Ireland, such as Coill Tomair), whereas Þórshof appears particularly often in southern Norway.[67] Torsö (Thor's Island) appears on the Swedish west coast. Thor also appears in many place names in Uppland.
In English place names, Old English Thunor (in contrast with the Old Norse form of the name, later introduced to the Danelaw) left comparatively few traces. Examples include Thundersley, from *Thunores hlæw and Thurstable (Old English "Thunor's pillar").[67] F. M. Stenton noted that such place names were apparently restricted to Saxon and Jutish territory and not found in Anglian areas.[17][68]
In what is now Germany, locations named after Thor are sparsely recorded, but a number of locations called Donnersberg (German "Donner's mountain") may derive their name from the deity Donner, the southern Germanic form of the god's name.[67] In as late as the 19th century in Iceland, a specific breed of fox was known as holtaþórr ("Thor of the holt"), likely due to the red coat of the breed.[69] In Sweden in the 19th century, smooth, wedge-shaped stones found in the earth were called Thorwiggar ("Thor's wedges"), according to a folk belief that they were once hurled at a troll by the god Thor. (Compare Thunderstones.) Similarly, meteorites may be considered memorials to Thor in folk tradition due to their sheer weight. On the Swedish island of Gotland, a species of beetle (Scarabæus stercorarius) was named after the god; the Thorbagge. When the beetle is found turned upside down and one flips it over, Thor's favor may be gained. In other regions of Sweden the name of the beetle appears to have been demonized with Christianization, where the insect came to be known as Thordedjefvul or Thordyfvel (both meaning "Thor-devil").[70]
In the northwest of Spain, there is a river called Torío in the municipality of Cármenes (León) that take name from the god Thor.[71]
Origin, theories, and interpretations
Thor closely resembles other Indo-European deities associated with the thunder: the Celtic Taranis,[72][73] the Estonian Taara (or Tharapita), the Baltic Perkūnas, the Slavic Perun,[74] and particularly the Hindu Indra, whose thunderbolt weapon the vajra is an obvious parallels noted already by Max Müller.[75] Scholars have compared Indra's slaying of Vritra with Thor's battle with Jörmungandr.[73] Although in the past it was suggested that Thor was an indigenous sky god or a Viking Age import into Scandinavia, these Indo-European parallels make him generally accepted today as ultimately derived from a Proto-Indo-European deity.[73][76][77][78]
In Georges Dumézil's trifunctional hypothesis of Indo-European religion, Thor represents the second function, that of strength. Dumézil notes that as a result of displacements, he does not lead armies; most of the functions of Indra have been in effect taken over by Odin.[79] Many scholars have noted the association of Thor with fertility, particularly in later folklore and in the reflex of him represented by the Sami Hora galles ("Good-man Thor"). For Dumézil, this is the preservation by peasants of only the side-effect of the god's atmospheric battles: the fertilizing rain.[80] Others have emphasized Thor's close connection to humanity, in all its concerns.[81] Scholar Hilda Ellis Davidson summarizes:
The cult of Thor was linked with men's habitation and possessions, and with the well-being of the family and community. This included the fruitfulness of the fields, and Thor, although pictured primarily as a storm god in the myths, was also concerned with the fertility and preservation of the seasonal round. In our own times, little stone axes from the distant past have been used as fertility symbols and placed by the farmer in the holes made by the drill to receive the first seed of spring. Thor's marriage with Sif of the golden hair, about which we hear little in the myths, seems to be a memory of the ancient symbol of divine marriage between sky god and earth goddess, when he comes to earth in the thunderstorm and the storm brings the rain which makes the fields fertile. In this way Thor, as well as Odin, may be seen to continue the cult of the sky god which was known in the Bronze Age.[82]
In modern times, Thor continues to be referred to in art and fiction. Starting with F. J. Klopstock's 1776 ode to Thor, Wir und Sie, Thor has been the subject of poems in several languages, including Adam Gottlob Oehlenschläger's 1807 epic poem Thors reise til Jotunheim and, by the same author, three more poems (Hammeren hentes, Thors fiskeri, and Thor besøger Hymir) collected in his 1819 Nordens Guder; Thors Trunk (1859) by Wilhelm Hertz; the 1820 satirical poem Mythologierne eller Gudatvisten by J. M. Stiernstolpe; Nordens Mythologie eller Sinnbilled-Sprog (1832) by N. F. S. Grundtvig; the poem Harmen by Thor Thorild; Der Mythus von Thor (1836) by Ludwig Uhland; Der Hammer Thors (1915) by W. Schulte v. Brühl; Hans Friedrich Blunck's Herr Dunnar und die Bauern (published in Märchen und Sagen, 1937); and Die Heimholung des Hammers (1977) by H. C. Artmann.[83] In English he features for example in Henry Wadsworth Longfellow's "The Challenge of Thor" (1863)[84] and in two works by Rudyard Kipling: Letters of Travel: 1892–1913 and "Cold Iron" in Rewards and Fairies. L. Sprague de Camp's Harold Shea met with Thor, as with other Norse gods, in the first of Shea's many fantasy adventures.
Artists have also depicted Thor in painting and sculpture, including Henry Fuseli's 1780 painting Thor Battering the Midgard Serpent; H. E. Freund's 1821–1822 statue Thor; B. E. Fogelberg's 1844 marble statue Thor; Mårten Eskil Winge's 1872 painting Thor's Fight with the Giants; K. Ehrenberg's 1883 drawing Odin, Thor und Magni; several illustrations by E. Doepler published in Wilhelm Ranisch's 1901 Walhall (Thor; Thor und die Midgardschlange; Thor den Hrungnir bekämpfend; Thor bei dem Riesen Þrym als Braut verkleidet; Thor bei Hymir; Thor bei Skrymir; Thor den Fluß Wimur durchwatend); J. C. Dollman's 1909 drawings Thor and the Mountain and Sif and Thor; G. Poppe's painting Thor; E. Pottner's 1914 drawing Thors Schatten; H. Natter's marble statue Thor; and U. Brember's 1977 illustrations to Die Heimholung des Hammers by H. C. Artmann.[83]
In the fields of science and technology, Swedish chemist Jöns Jacob Berzelius (1779–1848) discovered a chemical element that he named after Thor – thorium.[85] Thor is also the namesake of the PGM-17 Thor missile.
In 1962, American comic book artist Jack Kirby, Marvel Comics editor Stan Lee and his brother Larry Lieber created a feature in the comic book Journey Into Mystery, a series featuring Thor as a superhero.[86] This version of Thor is portrayed as a clean-shaven blonde, instead of red-haired and bearded. The magazine soon added the backup feature "Tales of Asgard" in which Kirby illustrated stories from Norse mythology; eventually, the magazine was retitled Thor. Lee and Kirby included Thor as a founding member of their superhero team the Avengers. Thor has been portrayed in the Marvel Cinematic Universe by Australian actor Chris Hemsworth, appearing in Thor, The Avengers, Thor: The Dark World, Avengers: Age of Ultron, Doctor Strange, Team Thor, Thor: Ragnarok, Avengers: Infinity War, Avengers: Endgame and Thor: Love and Thunder.[87] Thor has also been featured in comic books by other publishers. In the Savage Dragon comics, Thor is portrayed as a villain. In Neil Gaiman's Sandman comic, Thor is portrayed as a buffoon who wields a tiny toffee hammer.
First described in 2013, Thor's hero shrew (Scutisorex thori) is a species of shrew native to the Democratic Republic of Congo. It and its sister species, the hero shrew (Scutisorex somereni), are the only mammal species known to have interlocking vertebrae.[88] The team named the shrew after Thor due to the god's association with strength.[88]
From 2015 to 2017, a fictionalised version of Thor was a supporting character in Magnus Chase and the Gods of Asgard, a trilogy[89] of fantasy novels written by American author Rick Riordan and published by Disney-Hyperion, set in the same fictional universe as the Camp Half-Blood Chronicles, and The Kane Chronicles series by the same author. Neil Gaiman's books American Gods and Norse Mythology also feature Thor.
In January 2020, the streaming service Netflix produced Ragnarok. In the show, a high school student, Magne Seier, receives Thor's powers and abilities to fight the giants that are polluting Norway and murdering people. Netflix released the second season on 27 May 2021. Thor/Magne is portrayed by David Stakston.[90]
Thor is also featured in a number of video games. In the 2002 Ensemble Studios game Age of Mythology, Thor is one of three major gods Norse players can worship.[91][92][93] In Santa Monica Studio's 2018 video game God of War, Thor is mentioned throughout and his sons Magni and Modi are secondary antagonists. Thor makes an appearance at the end of the main storyline if certain difficulty conditions are met by the player.[94][95] He makes a much more substantial appearance in the game's 2022 sequel God of War Ragnarök as a primary antagonist, played by Ryan Hurst.[96] Thor is also mentioned in Ubisoft's 2020 game Assassin's Creed Valhalla, where items of his such as Mjölnir can be found and used by the player in combat.[97] Thor is also one of the playable gods in the third-person multiplayer online battle arena game Smite.[98]
Sembilan Dunia di Mitologi Nordik
Foto: film viking - Pathfinder
Dalam mitologi Nordik, terdapat sembilan dunia yang saling terhubung melalui pohon Yggdrasil, yang dianggap sebagai pusat dunia.
Setiap dunia memiliki karakteristik dan penghuni yang unik:
Asgard adalah dunia para Æsir, atau dewa-dewa tinggi yang berkuasa. Terletak di atas cabang Yggdrasil yang dialiri oleh mata air Urd.
Vanaheim adalah dunia para Vanir, yaitu dewa-dewi kecil yang berdekatan dengan Asgard di lingkungan dewa.
Alfheim merupakan tempat tinggal para Elf, yang merupakan ras dewa kecil yang mengatur kesuburan.
Midgard adalah dunia manusia, tempat tinggal makhluk yang tidak abadi.
Jötunheimr adalah dunia para Jotun, atau raksasa, yang sering kali menjadi musuh para dewa.
Svartálfheim adalah dunia para Svartálfar atau Dökkálfar, yaitu kaum elf dari kegelapan.
Niddhavell adalah dunia para Dwarf, atau orang kerdil, yang tinggal di gua-gua atau di bawah tanah sebagai penambang dan pengrajin logam yang mahir.
Niflheim adalah dunia bawah tanah yang dingin, dihuni oleh para Jotun es dan dikuasai oleh Hel, anak perempuan Loki.
Muspell atau Muspellheim adalah dunia api, menjadi tempat tinggal bagi Surt, raksasa yang kulitnya seperti lahar dan rambutnya berupa api.
Baca Juga: Sinopsis Nothing Uncovered, Drakor Thriller Perselingkuhan
Kumpulan dewa petir dalam berbagai mitologi selain Thor
Dalam mitologi Yunani, Zeus dikisahkan sebagai raja dari para dewa-dewi. Dia diceritain sebagai dewa yang mampu mengendalikan langit, cuaca (termasuk petir dan hujan), dan kekuatan-kekuatan ilahi lainnya. Zeus selalu digambarin oleh seniman Yunani dalam posisi berdiri dengan tangan kanan memegang petir dan duduk di tahtanya. Statusnya sebagai “Ayah dari para dewa dan manusia”, anak-anaknya pun juga jadi dewa-dewi yang enggak kalah populer, seperti Athena, Apollo, Hermes, Ares, dan lain-lain.
Statusnya sebagai dewa dari para dewa membuatnya populer di kalangan penggiat budaya pop. Makanya karakter ini muncul dalam sejumlah film, komik, dan video game. Salah satu karakter Zeus yang paling ikonis adalah Zeus, tokoh antagonis utama dalam God of War. Zeus juga jadi salah satu hero dalam Dota 2. Selain itu, ada juga karakter Zeus yang diperanin Liam Neeson dalam remake Clash of the Titans (2010) dan sekuelnya, Wrath of the Titans (2012).
Sama kayak Zeus, Indra dikenal sebagai dewanya para dewa-dewi mitologi Hindu. Statusnya pun benar-benar suci di mata penganut agama Hindu. Oleh kepercayaan Hindu, Indra digambarin sebagai dewa petir, dewa hujan, dewa perang, raja surga, dan banyak gelar dewa lainnya. Dia juga digambarin sebagai pemimpin delapan dewa yang menguasai aspek-aspek alam.
Dalam budaya populer, Indra enggak begitu banyak muncul sebagai karakter fiksi seperti dewa-dewa di mitologi barat. Salah satu karakter yang terinspirasi dewa Indra adalah Paras Gavaskar alias Indra, seorang mutan yang bisa mengubah wujudnya menjadi ksatria berbaju zirah dalam serial komik X-Men. Indra juga menjadi inspirasi karakter anak Rikudo Sennin dan leluhur klan Uchiha dalam manga Naruto, Indra Otsutsuki.
Bisa dibilang Jupiter merupakan versi mitologi Romawi Kuno-nya Zeus. Statusnya sama-sama sebagai dewa dari segala dewa dengan gelar Optimus Maximus yang berarti “dewa terbaik dan terbesar”. Dia juga digambarin sebagai dewa pelindung yang bisa mengendalikan langit dan petir. Jupiter juga dikenal sebagai penguasa tahta Romawi yang memerintah hukum dan tatanan sosial. Dia juga punya anak yang menjadi dewa-dewa Romawi kuno, seperti Mars dan Merkurius.
Sayangnya, popularitas Jupiter masih kalah dari Zeus dalam dunia pop culture. Enggak banyak karakter komik, film, atau video game yang terinspirasi dari dewa Romawi ini. Dalam semesta DC Comics, Jupiter digambarin sebagai tokoh dewa, tapi dengan peran yang enggak sebesar Zeus. Jupiter juga jadi inspirasi karakter Sailor Jupiter dalam anime Sailor Moon.
Raijin adalah sebutan untuk dewa petir dalam mitologi Jepang dan agama Shinto. Dia jadi salah satu dewa yang cukup unik. Pasalnya, dia dihormati sekaligus ditakuti karena wujudnya yang menyerupai iblis dan kekuatannya yang dianggap sebagai sumber bencana badai di Jepang. Makanya, untuk menghormati Raijin, masyarakat Jepang memasang lukisan atau patung Raijin di rumahnya agar terhindar dari bencana. Dia digambarin sebagai dewa yang sangar, dengan muka seram, badan berotot, dengan sayap bulat berbentuk genderang bersimbol tomoe yang berfungsi memanggil petir.
Raijin cukup populer dalam dunia pop culture. Ada cukup banyak karakter dalam komik, anime, dan video game yang terinspirasi darinya. Salah satu yang paling populer adalah karakter Enel dalam manga/anime One Piece. Selain itu ada juga karakter Raijin dalam game Smite. Raijin juga jadi inspirasi dari karakter Thundurus, Pokemon legendaris dalam game Pokemon.
Enggak cuma dari Asia atau Eropa saja, ada sosok dewa petir yang dikenal di benua Amerika. Menurut kepercayaan suku Indian, petir dan badai yang melanda wilayahnya adalah hasil kepakan sayap dari dewa petir berwujud burung bernama Thunderbird. Dia digambarkan sebagai dewa pengendali cuaca yang berwujud burung besar dengan tanduk dan paruh yang memiliki gigi. Selain mengendalikan cuaca lewat kepakan sayapnya, Thunderbird juga diceritain bisa menembakkan petir dari matanya.
Thunderbird enggak begitu besar pengaruhnya di dunia pop culture dibanding dewa-dewa petir lainnya. Makanya hanya ada satu karakter yang terinspirasi dari dewa yang satu ini, yaitu Zapdos, Pokemon legendaris dalam game Pokemon.
Dewa yang satu ini merupakan sosok dewa hujan dan petir dalam kebudayaan Maya. Chaac mampu mengeluarkan petir dan hujan dengan melemparkan kapaknya ke arah langit. Pada zaman dulu masyarakat suku Maya melakukan pemujaan dan persembahan manusia kepada Chaac untuk mengundang hujan yang berguna untuk menyuburkan pertanian. Meski enggak begitu populer, dewa Chaac menjadi inspirasi karakter Chaac dalam game Smite.
Set yang juga dikenal dengan nama Seth, Setesh, Sutekh, Setekh, atau Suty, merupakan dewa gurun, badai, dan petir dalam mitologi Mesir Kuno. Dia juga dikenal sebagai dewa kegelapan dan kekacauan. Wujudnya seperti manusia, namun dengan kepala burung berwarna hitam.
Dalam kisah mitologi Mesir Kuno, Seth diceritain sebagai pemberontak dan pembunuh yang sadis. Dalam budaya populer, Seth jadi inspirasi sejumlah karakter antagonis dalam komik dan film. Salah satunya adalah karakter dewa Mesir bernama Seth dalam semesta komik Marvel.
Rasanya, wajar aja, sih, kalau sosok dewa petir selalu jadi langganan dijadiin karakter dalam komik, film, dan video game. Soalnya, dewa petir secara kekuatan memang lebih unggul dibanding dewa-dewa lain. Selain itu, dari nilai estetikanya, karakter dewa petir potensial banget buat manjain mata. Nah, siapa karakter dewa petir dalam komik/film/video game favorit kamu?
Terlepas dari sudah kesekian kalinya tampil dalam MCU, tentunya masih banyak penonton yang kurang mengetahui lebih detail tentang Thor. Padahal, ada banyak fakta menarik seputar sang Dewa Petir yang perlu kamu ketahui, baik dalam versi komik ataupun film live action.
Walau ia seorang Dewa, Thor kerap jadi pemantik tawa dalam setiap penampilannya; bail dalam filmnya sendiri, bersama Avengers, atau ketika ia jadi kameo. Salah satu yang paling baru adalah kemunculannya di Deadpool & Wolverine (2024). Jadi salah satu kameo yang cukup menarik perhatian, Thor menangis sambil memegang Deadpool.
Berbeda sama anggota Avengers lainnya, kisah Thor diadaptasi dari mitologi Nordikyang usianya udah berabad-abad. Mitologi ini berasal dari negara-negara Skandinavia (Eropa Utara), seperti Norwegia, Denmark, dan Islandia. Sama kayak versi mitologinya, Thor adalah sosok dewa yang sangat dihormati dan dipuja-puja. Soalnya, Thor digambarkan sebagai pahlawan yang mahakuat dan bisa ngelakuin banyak hal.
Nah, sebelum diangkat sama Marvel Cinematic Universe (MCU) menjadi sebuah sajian sinematis yang mahaepik, Thor juga udah dibahas dalam berbagai literatur Nordik yang disatukan dalam sebuah jurnal tentang mitologi Nordik bernama Poetic Edda. Cerita-cerita yang ada di dalam jurnal ini memang enggak sefantastis yang digambarin dalam MCU. Akan tetapi, kisah Thor dalam literatur-literatur sebelumnya juga enggak kalah menarik, kok.
Justru, kisah Thor versi lainnya ini lebih manusiawi dan bikin kita bisa melihat sisi lain dari seorang dewa petir. Biar kamu enggak penasaran, yuk, simak rangkuman cerita kehidupan Thor dalam mitologi Nordik! Beberapa fakta Thor di bawah ini mungkin belum kamu tahu
Dalam Völuspá, sajak tertua yang memuat tentang mitologi Nordic, Odin didatangi seorang peramal bernama Völva. Sang peramal ngomong sama Odin bahwa dia melihat nasib mengenaskan menimpa Thor di masa depan.
Menurut ramalan, Thor bakal ngelawan seekor ular besar dan ganas dalam Ragnarok (kiamat dalam mitologi Nordic) dan dia bakal memenangkan pertempuran itu. Meski menang, Thor hanya mampu berjalan sebanyak sembilan langkah sebelum pada akhirnya tumbang dan menjemput ajal.
Waktu Thor meninggal dunia, seluruh semesta berduka. Langit gelap, bintang-bintang pun redup. Namun, setelah itu, air akan mengaliri dunia lagi dan dunia pun kembali hijau dan subur.